Satu Semester di Jerman (Bagian Kerja Part Time)

Assalamualaikum!
Jujur saja, aku menulis ini karena sedang 'baper' dengan kerja part time yang 2,5 bulan ini ku lakoni. Terus terang, aku belum pernah tidak 'baper' setiap harinya. Anyway, semoga temen-temen bisa mengambil hikmah dari pengalamanku.

Sejak sebelum aku pergi ke Jerman, aku dan orang tuaku sudah komitmen untuk mendorong aku berusaha mandiri. Satu tahun pertama dibiayai penuh sesuai dengan biaya hidup mahasiswa yang ditulis pemerintah Jerman : 720€ per bulan atau sekitar 8640€ per tahun. Oleh karena itu, aku sudah memikirkan sejak awal bagaimana aku akan mandiri finansial nantinya.

Diterima di Studienkolleg am KIT (Karlsruher Institut für Technologie) adalah sebuah anugrah. Di sini tidak sulit bagi orang asing mendapatkan pekerjaan, termasuk orang asing yang baru saja datang, perempuan berbadan kecil, dan belum pernah bekerja seperti aku.

Dari awal aku mencoba mengkomunikasikan kondisiku ke kakak-kakak yang sudah lebih dulu studi di Karlsruhe. Alhamdulillah banyak yang situasinya sama. Mereka juga bekerja dan bahkan bisa menjadi jalan bagi orang lain untuk juga bekerja. Kebanyakan dari mereka adalah andalan di tempat kerja masing-masing, makanya nggak heran kalau mudah membawa orang baru.

Alhamdulillah aku mendapat pekerjaan pertama kali di sebuah keluarga orang Indonesia. Satu minggu aku bekerja 3 jam membersihkan seluruh rumah. Awalnya aku kelelahan, tapi lama-kelamaan Alhamdulillah aku bisa terbiasa. Lumayan, setidaknya uang makan mingguan dan kebutuhan sekolah bisa aku bayar sendiri. Uang rumah, sekolah, dan asuransi saja yang memotong uang dari orang tua. Sisanya aku tabung untuk keperluan mendatang.

Saat liburan paskah aku juga sempat bekerja membersihkan sekolah. Alhamdulillah lumayan uangnya lebih banyak karena aku bekerja full-time. Aku bahkan saat itu bisa liburan ke beberapa kota lain dengan teman-teman SMA yang sama-sama menempuh studi di Jerman.

Semester pertama Studienkolleg berlalu. Alhamdulillah aku menyelesaikan semua ujian dengan cukup baik, sehingga tidak perlu remedi. Aku bisa memulai liburan summer tanpa terbebani.

Saat mencari kerja untuk liburan summer, tawaran yang ada cukup banyak. Aku mendaftar di beberapa tempat dan mendapat beberapa kali kesempatan wawancara dan masa percobaan. Alhamdulillah akulah yang memilih sendiri tempat bekerjanya karena tidak ada yang menolak. Aku memilih bekerja di sebuah restoran Italia. Aku bertugas memasak makanan. Awalnya aku hanya membuat salad. Lama-lama aku juga membuat makanan, yakni memasak pasta dan sausnya. Aku juga diajari membuat pizza, tapi aku belum percaya diri untuk itu. Saat weekday aku juga harus mencuci piring. Yah, maklumlah restonya baru saja buka, jadi satu orang harus bisa mengerjakan semuanya. Tidak seperti di cabang satunya yang sudah ramai. Untuk bagian salad saja harus di handle 3 orang.

Biasanya aku mendapat gaji 10€ per jam bersih (bersih-bersih rumah dan sekolah). Kali ini gajiku 9,25€/jam dan terkena pajak. Ditambah ada uang tip 1€/jam diberikan secara cash, jadi Trinkgeld ini tidak terpotong pajak. Tidak terlalu besar memang, tapi untukku sudah Alhamdulillah. Aku sudah bisa menabung untuk beberapa bulan ke depan dengan tingkat kesulitan pekerjaan yang masih bisa aku lakukan. Teman-temanku yang laki-laki lebih berat lagi tugasnya. Mereka merakit mobil, membuat pagar, dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya. Walaupun bayaran mereka juga rata-rata lebih besar. Satu jamnya bisa mencapai 13€.

Ada satu hal menarik soal pembagian waktu setelah punya pekerjaan : ternyata bekerja itu membuat aku harus punya jam tidur minimal 6 jam dan itu harga mati. Kalau istirahat tidak di prioritaskan, maka produktivitas justru menurun, gak punya tenaga belajar, gak bener kerja, dan lain2. Dan kalau nanti aku kuliah sambil kerja aku harus bisa, tetap belajar optimal, istirahat cukup, dan punya uang cukup. Sampai saat ini aku masih optimis bisa. Asalkan mulai dilatih sejak sekarang.

Bagiku bekerja seperti ini sama sekali tidak mudah. Aku yang di rumah tidak pernah membantu orang tua, benar-benar tidak tahu-menahu tentang memasak dengan proper. Aku tidak hanya dituntut bisa masak, tapi juga selalu menjaga kebersihan, cepat, dan punya 'sense of hospitality' mungkin ya. Aku dituntut untuk bisa menghadirkan makanan yang pantas dihargai 9-15€ per porsi dan menghidangkan dalam waktu 6-10 menit. Kalau aku berbuat salah, aku harus tau penyelesaiannya dengan cepat dan paling sedikit merugikan.

Saat bekerja selalu ada up dan down. Aku hampir setiap hari dimarahi oleh manajerku. Ada saja satu hal paling tidak, yang aku buat salah. Ada satu meja paling tidak, yang kubuat dalam waktu 15-25 menit. Terlalu lama. Selalu ada kejadian yang membuat mereka harus bersabar. Fadlilah... Du bist ja ne Katastrophe....

Satu-satunya yang aku pegang adalah Allah. Aku syukuri nikmat hari ini, memperbanyak istighfar, dan yakin setiap hari adalah hari yang baru. Maka aku masih bertahan dan selalu berusaha lebih baik.

Walau begitu, orang-orang di sini diperlakukan sebagaimana memanusiakan manusia. Walaupun aku berbuat salah, saat aku bagus aku dipuji. Aku diperdulikan. Tidak dibedakan. Semua orang berusaha saling menjadi teman kerja yang baik. Setidaknya, atmosfer pekerjaan di sini cukup positif.

Hari ke hari, aku mulai tahu caranya bekerja dengan efektif. Aku mulai tahu caranya bersih-bersih dengan cepat, tapi benar-benar bersih. Aku hafal setiap hal yang ada di dapur dan berusaha selalu bisa handle semuanya, jangan sampai ada yang lupa. Yang paling susah aku pelajari adalah berkomunikasi. Kadang aku takut mengkomunikasikan kesulitanku. Kadang aku terlalu fokus bekerja sendirian. Kadang-kadang aku tidak perhatian dengan kesulitan orang lain. Aku harus banyak belajar tentang ini.

Untuk kalian yang juga mau bekerja, aku kasih tau bekerja itu tidak mudah. Bahkan kalau di kota-kota kecil seperti Nordhausen, Köthen, Zittau, mendapatkan pekerjaan saja sulit. Keberuntungan dan kualitas diri orang juga beda-beda. Kalau kalian tanya ke orang lain tentang pengalaman mereka, itu bisa jadi memang realita, tapi belum tentu terjadi juga padamu. Kalau kamu siap menghadapi itu, maka semangat! Ku doakan kamu sukses sampai studimu selesai dan mencapai cita-cita di Jerman. Tapi kalau tidak siap, maka lebih baik dipikir ulang. Kalau kuliah di Indonesia mungkin kamu sudah bisa pulang-pergi naik mobil, nongki sana-sini, makan sesuai selera dan murah tiap hari selagi temen-temen yang di Jerman struggling dengan certanya yang lebih nelangsa haha.

Liburan summer 3 Minggu lagi berakhir. Aku sudah ingin cepat-cepat selesai bekerja dan kembali sekolah. Aku sudah tahu bahwa bekerja itu capek. Maka, sekarang aku harus mulai semangat Studienkolleg dengan maksimal. Mumpung, aku juga nggak punya ijin kerja selain saat liburan kan... Mendingan fokus, gas pol. Semoga hasilnya paling tidak cukup untuk masuk Bioinformatik Uni Saarland. Aamiin.

Okeh, jadi segitu aja curhatnya. Semoga ada hikmah yang bisa teman-teman ambil. Kalau ada yang mau datang pesanku, kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani. Hidup di Jerman itu berat, tapi bukan berarti kamu nggak bisa. Persiapkanlah dengan matang dan usahakan dengan maksimal. Kalau yang terjadi tidak sesuai rencana? Maka kuatlah beradaptasi, kuatlah dan bersabarlah. Kamu nggak sendirian.

Semangat! Barakallah fiikum...
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Highschool Highlight (Bagian 2)

My Highschool Highlight (Bagian 1)